Kamis, 22 Desember 2016

😊😊😊

Ada saat dimana ketika aku tersadar, bahwa ia yang dulu selalu meringankan bebanku, mulai menciptakan beban untukku..

Bahwa ia yang dulu selalu menjadi tumpuanku, kini tak pernah ada bahkan ketika hatiku menjeritkan namanya.

Bahwa ia yang dulu selalu menjadi sumber senyum dan tawaku, kini hanya menyisakan luka dan menimbulkan air mata di wajahku.

Bahwa ia yang dulu selalu ku sebutkan namanya dalam doaku, kini aku takut bahkan hanya untuk mengingat namanya.

6 tahun, bukan waktu yang sebentar. 6 tahun, cukup untukku melihatnya tumbuh, cukup untuknya menyaksikanku bertambah usia.

6 tahun, tidak hanya diisi dengan luka dan tangis. Ia juga memberiku senyum dan pelangi setelah badai yang kencang. Ia memberiku kekuatan dikala aku merasa tubuhku tidak lagi kuat untuk melangkah. Ia bahkan menggenggam tanganku disaat aku merasa dunia tengah mengasingkan dan mengadiliku.

Tetapi, perlahan ia mulai melepaskan genggaman tangan itu. Ia berjalan kedepan, dengan tanpa melihatku yang telah tertinggal jauh dibelakang.

Ia tidak menyadari, kakiku tengah terluka akibat jalan berlubang dan penuh kerikil yang kulewati. Ia tidak menyadari, aku disini mulai kehabisan kekuatan, aku disini sedang sangat kelelahan dan butuh beristirahat.

Dan tanpa mengetahui beban dan luka yang sedang kutanggung, ia menoleh penuh amarah ke arahku. Seakan mempertanyakan mengapa langkahku begitu lambat, mengapa aku sangat manja dan lemah. Tanpa menghampiriku yang mulai meneteskan air mata, ia terus berjalan maju. Walau bibirnya berkata ia akan menungguku, tetapi entah bagaimana hatiku merasa sangat jauh darinya. Walau matanya menatapku penuh nanar dan rasa sayang, tetapi entah kenapa tatapan itu sangat menusuk dan menyakiti hatiku.

Ia berkata sayang, tapi ia menggenggam duri dikedua tangannya. Bagaimana bila aku meraihnya? Ya, aku akan terluka. Dan saat itulah aku menyadari, hati kita, langkah kita, tatapan kita, sudah tidak lagi satu arah. Tujuan kita mulai berbeda, entah sejak kapan. Yang aku tahu, kau mulai mempertahankan keegoisanmu dan akupun begitu. Kita saling sayang, tetapi saling menyakiti.

Sampai akhirnya puncak dari semua itu terjadi. Tanpa hal yang jelas, tanpa hal yang pasti, rasa sayang itu menghilang. Itu bukan inginku, bukan mauku. Tetapi mungkin Tuhan tahu, hatiku sudah tidak sanggup lagi, untuk meneruskan bertahan bersamamu. Mungkin Tuhan tahu, hatiku benar-benar sedang sakit dan butuh beristirahat. Mungkin Tuhan tahu, kamu bukanlah yang terbaik untukku.

Aku tidak pernah menyesal, telah melewatkan 6 tahun bersamamu. Aku bahagia, dan bersyukur atas semua kasih sayang yang telah dicurahkan padaku. Tetapi, disaat hati telah berubah, tidak ada yang bisa kita lakukan selain menerimanya, kan?

"Kebahagiaan dimasa lalu tidak menjamin kebahagiaan dimasa depan"..

tetapi ingatlah..

"luka dimasa kini, bisa menuntun kita menuju kebahagiaan dimasa depan"

~lisda~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar