Senin, 22 Juli 2013

Perbedaan yang Menyakitkan





Pagi ini kuawali hariku dengan senyum yang mengembang di bibirku. Ya. Tidak bukan dan tidak lain adalah karna ucapan selamat pagi darimu, yang tidak pernah absen seharipun untuk menyambut pagiku. Membuat semangatku mengumpul dalam sekejap dan merasa hari ini akan menjadi hari-hari indah lainnya. Ya. Hanya karena sebuah ucapan selamat pagi dari mu itu lah, aku bisa merasakan semangatnya menyambut pagi, aku bisa merasakan indahnya hari yang akan ku jalani ini.

Tidak. Aku tahu kita bukan sepasang kekasih. Kau dan aku, kita adalah sahabat. Sahabat yang tidak seorang pun tahu tentang persahabatan kita. Kau tahu, sesuatu yang paling ku sukai dari hubungan kita adalah, tidak adanya seorang pun yang tahu, betapa dekatnya kita. Membuatku merasa, “Oh tidak, ini adalah hal tergila yang pernah ku lakukan.” Menyembunyikan sebuah hubungan suci dari teman-temanku. Sebuah hubungan yang aku tahu tidak akan pernah salah dan tidak dapat berakhir. Hubungan kami memang bukanlah hubungan yang langka. Pasti banyak di luar sana, dua orang yang saling bersahabat tetapi saling menutupi jati diri mereka. Bukan karena mereka malu untuk mengungkapkannya. Hanya saja, mereka tidak akan bisa membayangkan bagaimana raut wajah teman-teman mereka kalau tahu yang sebenarnya. Yah, biarlah hubungan ini kami berdua saja yang tahu.

Sahabat. Ya, itulah yang selama ini selalu ku tanamkan di dalam hatiku. Kau adalah sahabatku. Aku adalah sahabatmu. Dan hubungan kita tidak akan pernah bisa berubah. Hingga akhirnya, perlahan semua mulai menunjukkan arahnya. Kau mulai memberiku perhatian lebih melebihi perhatian pada sahabatnya. Dan aku mulai merasa bahagia pada setiap perhatian spesial yang kau berikan. Dan kemudian kita berdua mulai menyadari. Ada yang berubah pada diri kita masing-masing. Ya. Perasaan kita.

Aku tidak tahu, sejak kapan sosokmu begitu spesial di hatiku. Aku tidak tahu, sejak kapan senyummu menjadi begitu indah di mataku. Aku tidak tahu, sejak kapan suaramu terdengar begitu lembut di telingaku. Dan aku tidak tahu, sejak kapan namamu mulai tertanam dalam di relung hatiku. Ya. Aku tidak pernah tahu semua itu. Yang aku tahu, aku menyayangimu, melebihi rasa sayangku pada sahabatku.

aku tahu, kita memiliki perasaan yang sama. Kau pun merasakan apa yang ku rasakan. Semua terlihat sungguh berbeda, terlihat begitu istimewa. Namun, diantara kita tidak ada satupun yang berani memulainya. Baik aku, mapun kamu. Kita sama-sama diam dan bersikap seakan tidak ada yang berubah. Ya. Kita sama-sama tidak ingin merusak sebuah hubungan persahabatan yang sudah begitu sucinya tercipta diantara kita.

Hingga akhirnya, ketika perasaan itu menjadi begitu kuat. Ketika aku sudah tidak bisa lagi menahan setiap rasa yang ku simpan untukmu. Dan ketika kita tidak lagi mampu menyimpan setiap rasa yang timbul diantara kita, dengan dalam sekejap itu lah, kita memutuskan untuk menghentikannya. Menghentikan semuanya. Menghentikan persahabatan kita. Dan menghentikan setiap perasaan yang timbul di antara kita. Bukan. Bukan karna kita tidak lagi berani untuk saling mengungkapkan. Bukan lagi karna hubungan persahabatan kita. Tetapi karena pada akhirnya kita baru menyadari, bahwa kita berbeda.

Entah kenapa, kesadaran itu baru datang pada kita. Ketika rasa kita telah menjadi semakin kuat. Entah kenapa, kenyataan tentang perbedaan itu baru terasa begitu berat. Ketika rasa kita telah menjadi semakin tidak tergoyahkan. Entah kenapa, perbedaan yang dulu kita bangga-banggakan itu, kini terasa begitu menyakitkan.

Kau dan aku, kita sama tetapi berbeda. Kita sama-sama memiliki satu Tuhan, tetapi hanya cara memanggil Tuhan kita lah yang berbeda. Hanya perbedaan kecil. Tetapi, mampu menghentikan semuanya. Bahkan, persahabatan suci yang telah tercipta diantara kita. Dan kini, yang tersisa hanya rasa perih dan sesal. Perih. Terlalu perih untuk mengingat bahwa kita berbeda. Dan sesal. Menyesal, kenapa rasa itu harus ada, kalau pada akhirnya hanya akan menghancurkan persahabatan kita.